PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman
Oleh: Dewiyana*
Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar (PONED) adalah pelayanan untuk menanggulangi kasus
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang terjadi pada ibu hamil, ibu
bersalin maupun ibu dalam masa nifas dengan komplikasi obstetri yang mengancam
jiwa ibu maupun janinnya. PONED merupakan upaya pemerintah dalam menanggulangi
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yang masih
tinggi dibandingkan di Negara-negara Asean lainnya.
Millennium Development
Goals (MDGs) sebagai road map atau
arah pembangunan kesehatan di Indonesia mempunyai delapan tujuan, dimana dua
diantaranya adalah untuk menurunkan AKI dan AKB. Kematian ibu
saat ini masih merupakan salah satu masalah karena tingginya Angka Kematian Ibu
mempunyai dampak yang besar terhadap keluarga dan masyarakat (L. Ratna Budiarso
et al, 1996). Angka kematian ibu dapat digunakan sebagai salah satu indikator kesejahteraan
masyarakat, khususnya indikator kesehatan ibu.
AKI di Provinsi Jawa Timur,
pada lima tahun terakhir, dari tahun 2007 – 2011, menunjukkan kecenderungan
yang meningkat. Laporan Kematian Ibu (LKI) kab/kota se-Jatim,
menunjukkan AKI Jawa Timur pada tahun 2009 adalah 90.70 per 100.000 kelahiran
hidup, tahun 2010 adalah 101.40 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2011
Sumber: Data Laporan Kematian
Ibu (LKI) Kab/Kota se-Jatim
adalah 104.3 per 100.000
kelahiran hidup. Angka tersebut sudah melampaui dari target MDGs sebesar
102 per 100.000 Kelahiran Hidup. Data yang diperoleh dari BPS Provinsi Jawa
Timur menunjukkan bahwa AKB selama sepuluh tahun terakhir ini relatif
menunjukkan angka yang menurun. AKB pada tahun 2011 adalah 29.24 per 1000 kelahiran
hidup, menunjukkan angka yang menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 29.99
per 1.000 kelahiran hidup, namun tersebut masih jauh dari target MDGs tahun
2015, yaitu sebesar 23 per 1.000 Kelahiran Hidup.
S
Sumber: Data BPS Provinsi Jawa
Timur 2
Data
AKI yang diperoleh tersebut belum menggambarkan kondisi sebenarnya karena
sumber data AKI yang dilaporkan adalah jumlah yang dilaporkan dari Puskesmas,
belum termasuk jumlah/angka yang dilaporkan dari sarana pelayanan kesehatan
dasar lainnya. AKI akan mendekati angka sebenarnya apabila pelaporan kematian
ibu dari seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta dapat
dilakukan dengan menyeluruh dan optimal.
Puskesmas telah diperkenalkan
di Indonesia sejak tahun 1968. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. (Kebijakan Dasar Puskesmas
diatur dalam Kepmenkes No 128 Tahun 2004). Pelaksanaan semua kegiatan Puskesmas
harus mengacu pada tugas dan fungsi puskesmas:
1.
Pusat Pembangunan wilayah berwawasan kesehatan
2.
Pusat Pemberdayaan Masyarakat
3.
Pusat Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer
4. Pusat Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Primer
Puskesmas sesuai dengan tupoksinya
memberikan pelayanan berupa:
1. 6 (enam) Upaya Kesehatan
Wajib
a.
Promosi Kesehatan
b.
Kesehatan Lingkungan
c.
Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
d.
Perbaikan Gizi Masyarakat
e.
Penanggulangan Penyakit
f. Pengobatan dan Penanganan
Kegawat daruratan
2. 9 (sembilan) Upaya Kesehatan
Pengembangan
a.
Kesehatan Sekolah
b.
Kesehatan Olah Raga
c.
Perawatan Kesehatan Masyarakat
d.
Kesehatan Kerja
e.
Kesehatan Gigi dan Mulut
f.
Kesehatan Jiwa
g.
Kesehatan Mata
h.
Kesehatan Usia Lanjut
i. Pembinaan Pengobatan
Tradisional
Pada tahun 2012, di Jawa Timur
tercatat telah berdiri 960 Puskesmas yang sesuai pelayanannya dibagi dalam 2
kelompok, yaitu: Puskesmas Rawat Jalan dan Puskesms Rawat Inap. 3
Kondisi
yang mendasari ditingkatkannya kemampuan pelayanan beberapa Puskesmas Rawat
Inap dengan kemampuan PONED diantaranya adalah tingginya AKI di Jawa Timur dan
upaya menurunkan kejadian kematian ibu akibat penyebab langsung. Ada 2 (dua)
penyebab yang mengakibatkan kematian ibu, adalah “penyebab langsung” dan
“penyebab tidak langsung”. Kematian ibu yang dimaksud adalah ibu yang meninggal
akibat kehamilannya, akibat persalinannya atau pada masa nifas.
Apa Saja Penyebab Kematian
Ibu?
1. Penyebab Langsung: Penyebab
langsung kematian ibu merupakan aspek medis yang harus ditangani oleh tenaga
medis atau tenaga kesehatan. Kasus- kasus tersebut antara lain pendarahan,
eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi dan infeksi (Kementerian Kesehatan
RI, 2009).
Penyebab kematian langsung ibu
di Jawa Timur tahun 2011 terlihat pada gambar dibawah ini :
Pada diagram dapat dilihat
bahwa penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah pendarahan (29.35%) dan Pre
Eklamsi/Eklamsi (27.27%).
Penyebab Kematian Neonatal di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 4
2. Penyebab Tidak Langsung: Penyebab
tidak langsung kematian ibu adalah aspek Non medis yang merupakan penyebab yang
mendasar antara lain status perempuan dalam keluarga, keberadaan anak, sosial
budaya, pendidikan, sosial ekonomi, dan geografis daerah.
Pemerintah telah melakukan
upaya penurunan jumlah kematian ibu dan bayi dengan meningkatkan cakupan maupun
kualitas pelayanan. Peningkatan kemampuan tenaga kesehatan pada Puskesmas Rawat
Inap dengan PONED di wujudkan untuk menanggulangi permasalahan dan kondisi
kematian ibu dengan “penyebab langsung.” Sedangkan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) diharapkan mampu menyelesaikan
masalah atau kondisi ”tidak langsung” yang menyebabkan ibu dan bayi
meninggal.
Kementerian Kesehatan RI telah
meluncurkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan
stiker yang telah terbukti mampu meningkatkan secara signifikan cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan Buku KIA sebagai informasi dan
pencatatan keluarga yang mampu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu,
bayi, dan balita. Dengan tercatatnya ibu hamil secara tepat dan akurat serta
dipantau secara intensif oleh tenaga kesehatan dan kader di wilayah tersebut,
maka setiap kehamilan sampai persalinan dan nifas diharapkan dapat berjalan
dengan aman dan selamat.
Manfaat dari P4K adalah
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin.
Ibu nifas dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan
masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi
komplikasi dan tanda bahaya kebidanan dan bayi baru lahir bagi ibu sehingga
melahirkan bayi yang sehat. Dengan sasaran semua ibu hamil yang ada di wilayah
tersebut.
Berikut contoh Stiker P4K:
Geografi dan Sarana, Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang
kurang siap ikut memperberat permasalahan ini. 4 Terlambat dan 4 Terlalu, Maksud dari 5
”Empat
Terlambat” adalah Keterlambatan keluarga dalam mengetahui tanda-tanda bahaya
ibu hamil (bumil), keterlambatan keluarga dalam mengambil keputusan untuk
merujuk, keterlambatan mencapai sarana pelayanan dan keterlambatan memperoleh
pelayanan kesehatan. Sementara ”Empat Terlalu” adalah menikah terlalu muda
(<16 th), terlalu tua (> 35 TH) usia ibu untuk memutuskan hamil, terlalu
sering melahirkan dan terlalu jauh jarak masa kehamilan atau persalinan.
Apa Itu Puskesmas PONED?
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan
serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu
hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan
komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader di masyarakat,
Bidan di Desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang
tidak mampu ditangani.
Bagaimana Alur Pelayanan di
Puskesmas PONED?
Setiap kasus emergensi yang
datang di setiap puskesmas mampu PONED harus langsung ditangani, setelah itu
baru melakukan pengurusan administrasi (pendaftaran, pembayaran à
alur pasien). Pelayanan yang diberikan
harus mengikuti Prosedur Tetap (PROTAP).
Bagaimana Pelaksanaan
Rujukan di Puskesmas PONED?
Gambar Alur Rujukan yang bisa
ke Puskesmas PONED 6
Apa Saja Pelayanan yang Diberikan Puskesmas PONED?
Puskesmas PONED harus memiliki
tenaga kesehatan yang telah dilatih PONED yaitu TIM PONED (Dokter dan 2
Paramedis). Pelayanan yang dapat diberikan puskesmas PONED yaitu pelayanan
dalam menangani kegawatdaruratan ibu dan bayi meliputi kemampuan untuk
menangani dan merujuk:
1.
Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia)
2.
Tindakan pertolongan Distosia Bahu dan Ekstraksi Vakum pada Pertolongan
Persalinan
3.
Perdarahan post partum
4.
infeksi nifas
5.
BBLR dan Hipotermi, Hipoglekimia, Ikterus, Hiperbilirubinemia, masalah
pemberian minum pada bayi
6.
Asfiksia pada bayi
7.
Gangguan nafas pada bayi
8.
Kejang pada bayi baru lahir
9.
Infeksi neonatal
10. Persiapan umum sebelum
tindakan kedaruratan Obstetri – Neonatal antara lain Kewaspadaan Universal
Standar.
Berikut ini Adalah Dukungan
dari Pihak Terkait…
Dukungan dari pihak terkait
berikut ini akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan Puskesmas mampu
PONED. Diantaranya adalah:
-
Dinas Kesehatan Kab/Kota
-
Rumah Sakit Kab/Kota
-
Organisasi profesi: IBI, IDAI, POGI, IDI
- Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM)
Evaluasi Pelaksanaan PONED
di 251 Puskesmas PONED (Data Tahun 2010)
Berdasarkan data dan hasil
evaluasi Puskesmas PONED dari Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur 2010, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
- Persentase
puskesmas yang sudah mampu PONED dan berfungsi adalah 29 %.
Artinya masih terdapat 73 Puskesmas PONED di 23 Kab/Kota yang sudah berlaku
demikian. Sedangkan sisanya sebanyak 177 Puskesmas PONED di 15 Kab/Kota masih
belum dikategorikan mampu PONED dan berfungsi sebagaimana mestinya.
-
Persentase puskesmas mampu PONED dan
berfungsi namun perlu dukungan adalah 49 %. Artinya masih terdapat 127
Puskesmas PONED di 31 Kab/Kota yang sudah berlaku demikian. Sedangkan sisanya
sebesar 124 Puskesmas PONED yang tersebar di Kab/Kota lainnya belum
dikategorikan seperti hal tersebut diatas. Hal
7
ini
dikarenakan belum ada SK serta Peraturan Daerah untuk tarif Puskesmas PONED
yang lebih pasti. Juga dari dukungan peralatan, anggota tim PONED sebagian ada
yang dimutasi serta pembinaan SpOG dan SpA harus lebih sering lagi ke Puskesmas
PONED.
- Persentase
Puskesmas mampu PONED namun tidak berfungsi adalah 16 %. Artinya
terdapat 39 Puskesmas PONED di 20 Kab/Kota yang berlaku demikian. Hal ini
dikarenakan belum adanya komitmen atau dukungan dari kepala Puskesmas PONED,
dukungan dari SpOG dan SpA Kab/Kota juga perlu ditingkatkan kembali.
-
Persentase Puskesmas yang belum mampu
PONED adalah 6 %. Artinya masih terdapat 15 Puskesmas PONED di 8 Kab/Kota yang
berlaku demikan. Hal ini dikarenakan tidak adanya alat untuk operasional
Puskesmas PONED, belum adanya magang dari TIM PONED yang ditugaskan dan tenaga
kesehatan yang dilatih bukan merupakan Puskesmas rawat inap.
Evaluasi Data yang Berkaitan
dengan Kinerja Puskesmas PONED, yaitu Cakupan Komplikasi Kebidanan yang
Ditangani dan Cakupan Neonatal Komplikasi yang Ditangani. Tren Data Sebagai
Berikut:
CAKUPAN KOMPLIKASI KEBIDANAN
DITANGANI Tahun 2006-2011
Dari diagram yang tertera di
atas, dinyatakan bahwa terjadi peningkatan tiap tahun untuk cakupan komplikasi
kebidanan yang sudah ditangani pada tren lima tahun terakhir. Hal ini secara
tidak langsung menyimpulkan bahwa kinerja dari tenaga kesehatan yang sudah
terlatih adalah cukup bagus. Tapi, dari gambaran Angka Kematian Ibu (AKI) yang
sudah terdapat di awal kajian masih menyatakan bahwa di Provinsi Jawa Timur,
berdasarkan tren lima tahun terakhir cenderung meningkat. Seharusnya, jika
kinerja tenaga kesehatan yang sudah dinyatakan terlatih mengalami kemajuan di
bidang penanganan kegawatdaruratan proses persalinan akan menekan Angka
Kematian Ibu dari lima tahun terakhir ini. 8
CAKUPAN NEONATAL KOMPLIKASI DITANGANI Tahun 2006-2011
Dari gambaran diagram di atas,
dinyatakan bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun
pada tren lima tahun terakhir. Hanya saja, jika dibandingkan dengan Angka
Kematian Bayi dalam gambar yang terdapat di awal juga terjadi
ketidakseimbangan. Hal ini dikarenakan bahwa Angka Kematian Bayi dari tren lima
tahun yang tergambar adalah tidak mengalami kecenderungan penurunan angka.
Dalam grafik yang tertera memang sudah dinyatakan turun setiap tahun. Tapi
penurunan angka tersebut masih dirasa kurang dari target MDGs. Seharusnya jika
dari diagram data Cakupan Neonatal Komplikasi yang sudah Ditangani pada tahun
2006-2011, maka AKB juga turut mengalami penurunan yang signifikan.
Lantas, mengapa AKI dan AKB
di Jawa Timur masih terus meningkat?
–Bersambung-
(*)
Mahasiswi magang FKM UNAIR 2010 di Seksi Info & Litbangkes Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
No comments:
Post a Comment