Angka kejadian
perdarahan postpartum setelah persalinan pervaginamyaitu 5-8 %.Perdarahan
postpartum adalah penyebab paling umum perdarahanyangberlebihan pada kehamilan,
dan hampir semua tranfusi pada wanita hamildilakukanuntuk menggantikan darah
yang hilang setelah persalinan.
Di negara kurang
berkembang, pendarahan postpartum merupakan penyebabutama darikematian maternal
hal ini disebabkan kurangnya tenaga kesehatanyangmemadai, kurangnya layanan
transfusi, kurangnya layanan operasi.Perdarahan pada saat persalinan dan
Postpartum dini merupakan salah satupenyebab kematian ibu, demikian juga di
Indonesia perdarahan merupakan penyebab
utama kematianibu
disamping eklamsi dan sepsis.
Angka Kematian Ibu
(AKI)menurut SurveiDemografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2002-2003sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini masih jauh dengan
target yangingin dicapai secara nasional di tahun 2010 yaitu 125 per 100.000
kelahiran hidup.6Di Indonesia AKI masih tinggi, jika dibandingkan dengan negara lain
yakniMalaysia, Singapura, Thailand dan Filipina maka Indonesia menempati
urutanpertama karenaAKI mencapai angka 307 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan dinegara-negara maju kematian ibu berkisar antara 5 ± 10 per 100.000
kelahiran hidup.Salah satu penyebab utama kematian ibu antara lain karena
perdarahan yaitumencapai 30 % - 35 %.
Perdarahan Pasca Persalinan (HPP)
SSS
Ciri
khas kasus
Perdarahan yang banyak
pasca persalinan lewat jalan lahir
Keadaan syok (hipotensi,
takikardi, akral dingin, unconcioussness)
Definisi
Perdarahan
pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir
yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III.
Epidemiologi
Perdarahan
pascapersalinan yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang
melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi daripada pada usia
20-29 tahun.
Klasifikasi
1. Perdarahan pasca
persalinan primer
Perdarahan
pascapersalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama.
Penyebab utama PPP
primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan
lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan pasca
persalinan sekunder
Perdarahan pasca
persalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama.
Penyebab utama PPP
sekunder adalah robekan jalan lahir, sisa plasenta atau membran.
Faktor
resiko
1. Perdarahan pascapersalinan dan usia ibu
Wanita yang melahirkan
anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor
risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian
maternal.
Pada usia dibawah 20
tahun à fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna àjalan lahir mudah robek, kontraksi uterus masih kurang baik à rentan terjadi perdarahan
Pada usia diatas 35
tahun à fungsi reproduksi seorang wanita mengalami penurunan à kemungkinan komplikasi pascapersalinan terutama perdarahan lebih
besar.
2. Perdarahan pascapersalinan dan gravida
Ibu-ibu dengan kehamilan
multigravida mempunyai risiko > dibandingkan primigravida
Multigravida à fungsi reproduksi mengalami penurunan sehingga kemungkinan
terjadinya perdarahan pascapersalinan menjadi lebih besar.
3. Perdarahan pascapersalinan dan paritas
Paritas 2-3 merupakan
paritas paling aman ditinjau dari perdarahan pascapersalinan yang dapat
mengakibatkan kematian maternal.
Paritas satu dan paritas
tinggi (lebih dari tiga) mempunyai kejadian perdarahan lebih tinggi.
Pada paritas yang rendah
(paritas satu) à ketidaksiapan ibu dalam
menghadapi persalinan yang pertama àfaktor penyebab
ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi selama
kehamilan, persalinan dan nifas.
4. Perdarahan pascapersalinan dan Antenatal Care
Dengan adanya antenatal
care tanda-tanda dini perdarahan yang berlebihan dapat dideteksi dan
ditanggulangi dengan cepat.
5. Perdarahan pascapersalinan dan kadar hemoglobin
Anemia adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai hemoglobin dibawah nilai normal.
Perdarahan pascapersalinan mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 500 ml atau
lebih, jika hal ini terus dibiarkan tanpa adanya penanganan yang tepat dan
akurat à mengakibatkan turunnya kadar hemoglobin dibawah nilai normal.
Etiologi
dan patofisiologi
Pada atonia uteri,
uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan.
Predisposisi atonia
uteri à penurunan kontraksi dari otot uterus à perdarahan setelah janin
dan plasenta lahir tidak tertutup dengan baik à kehilangan banyak darah à manifestasi klinis (syok)
2. Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir
merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pascapersalinan.
Robekan dapat terjadi
bersamaan dengan atonia uteri.
Perdarahan
pascapersalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh
robekan serviks atau vagina.
a. Robekan serviks
Persalinan selalu
mengakibatkan robekan serviks à serviks seorang
multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam.
Robekan serviks yang
luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus.
b. Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang
tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai.
Mungkin ditemukan
setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi
dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar.
Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina.
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina.
Pada persalinan yang
disproporsi sefalopelvik à regangan segmen bawah
uterus dengan serviks uteri tidak terjepit antara kepala janin dengan tulang
panggul à tarikan ke atas langsung
ditampung oleh vagina àtarikan melampaui
kekuatan jaringan à robekan vagina pada
batas bagian teratas dengan bagian yang lebih bawah
Fistula
Fistula akibat pembedahan vaginal jarang ditemui karena tindakan vaginal yang sulit untuk melahirkan anak banyak diganti dengan seksio sesarea.
Fistula akibat pembedahan vaginal jarang ditemui karena tindakan vaginal yang sulit untuk melahirkan anak banyak diganti dengan seksio sesarea.
Fistula dapat terjadi
mendadak karena perlukaan pada vagina yang menembus kandung kemih atau rectum.
Fistula dapat berupa fistula vesikovaginalis atau rektovaginalis.
c. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi hampir pada semua persalinan pertama.
Robekan perineum umumnya
terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir
terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin
melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito bregmatika
3. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah
belum lahirnya plasenta ½ jam setelah anak lahir.
Tidak semua
retensio plasenta menyebabkan terjadinya perdarahan.
Apabila terjadi
perdarahan, maka plasenta dilepaskan secara manual lebih dulu.
4. Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta)
Sewaktu suatu bagian
dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal à uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif à menimbulkan perdarahan.
Tetapi mungkin saja pada
beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta.
5. Inversio uterus
Uterus dikatakan
mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta.
Reposisi sebaiknya segera dilakukan.
Manifestasi
klinis:
Ansietas: syok à kehilangan banyak vol. darah à kompensasi à s.s.simpatis à p. neurologis à
anxietas (cemas)
kelemahan: syok à kehilangan banyak vol. darah à suplai darah ke jaringan
< à pembentukan ATP <
à kurang energy à lemah
kepucatan: syok à kehilangan banyak vol. darah à mempertahankan perfusi
ke organ vital à
suplai darah kepermukaan kulit < à tampak pucat
kehausan yang hebat:
syok à kehilangan banyak vol. darah à baroreseptor p. darah à
stimulasi rasa haus
hipotensi: syok à kehilangan banyak vol. darah à venous return < à stroke volume < à
tekanan darah < (hipotensi)
takikardi: syok à kehilangan banyak vol. darah à kurang perfusi ke
jaringan à baroreseptor
kompensasi à s. saraf simpatis à peningkatan denyut nadi (takikardi)
frekuensi pernafasan
cepat: syok à kehilangan banyak vol.
darah à kurang suplai oksigen à
kompensasi à s.s. simpatis à peningkatan f. napas (takipnea)
kulit biasanya dingin:
syok à kehilangan banyak vol. darah à vasokontriksi perifer
aliran darah ke kulit < à panas berkurang (dingin)
sianotik: syok à kehilangan banyak vol. darah à 02 <, CO2 > à sianotik
Penegakan
diagnosis:
Step
diagnosis perdarahan pascapersalinan:
Anamnesis:
identitas,
faktor resiko, riwayat persalinan
Pemeriksaan
fisik:
p. fisik umum: IMT, ABC, vital sign
p. fisik umum: IMT, ABC, vital sign
p.
fisik khusus: kelopak mata, akral dingin, pucat, pembesaran kelenjar limfe
p.
obstetric/ ginekologi luar& dalam:
(1)
Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
(2) Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.
(3) Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari:
- Sisa plasenta atau selaput ketuban
- Robekan rahim
- Plasenta suksenturiata
(2) Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.
(3) Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari:
- Sisa plasenta atau selaput ketuban
- Robekan rahim
- Plasenta suksenturiata
(4) Inspekulo: untuk
melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah
Pemeriksaan
laboratorium:
CBC, kimia darah, fungsi
hati, fungsi ginjal, urinalisis
Seorang wanita hamil
yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami
gejala-gejala klinik. Gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika
perdarahan berlangsung terus, dapat timbul syok.
Diagnosis
banding
Diagnosis banding dari
HPP lebih cendrung ditujukan untuk mencari etiologinya yakni sebagai berikut:
1. Atonia uteri à Penyebab tersering perdarahan postpartum (2/3 dari semua
perdarahan postpartum)
Symptoms and signs yang
selalu ada:
a. Uterus tidak
berkontraksi dan lembek
b. Perdarahan segera
setelah anak lahir (perdarahan pascapersalinan primer)
Symptoms and signs yang
terkadang ada:
- Syok (tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual).
2. Robekan jalan lahir
Symptoms and signs yang
selalu ada:
a. Perdarahan segera
b. Darah segar yang
mengalir segera setelah bayi lahir
c. Uterus kontraksi baik
d. Plasenta baik
Symptoms and signs yang
terkadang ada:
- Syok (tekanan darah
rendah,denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual).
3. Retensio plasenta
Symptoms and signs yang
selalu ada:
a. Plasenta belum lahir
setelah 30 menit
b. Perdarahan segera
c. Uterus kontraksi baik
Symptoms and signs yang
terkadang ada:
a. Tali pusat putus
akibat traksi berlebihan
b. Inversio uteri akibat
tarikan
c. Perdarahan lanjutan
4. Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta)
Symptoms and signs yang
selalu ada:
a. Plasenta atau
sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap
b. Perdarahan segera
Symptoms and signs yang terkadang ada:
- Uterus berkontraksi
tetapi tinggi fundus tidak berkurang
5. Inversio uterus
Symptoms and signs yang
selalu ada:
a. Uterus tidak teraba
b. Lumen vagina terisi
massa
c. Tampak tali pusat
(jika plasenta belum lahir)
d. Perdarahan segera
e. Nyeri sedikit atau
berat
Symptoms and signs yang
terkadang ada:
a. Syok neurogenik
b. Pucat dan linglung
Diagnosis
kerja
Perdarahan Pasca
Persalinan/ Post Partum Hemmorhagic (HPP)
Penatalaksanaan
Prinsip dasar:
menghentikan perdarahan secepat mungkin dan mengatasi akibat perdarahan.
Penanganan umum:
· Atasi syok:
ü Prinsip Airway dan Breathing ( Prioritas utama dengan menjamin cukupnya pertukaran ventilasi
dan oksigensi diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan oksigen lebih
dari 95%)
ü Circulation (berikan 1-2 liter NaCl 0,9 % atau RL dalam 30-60 menit)
ü Disability (penilaian neurologi singkat untuk
menentukan tingkat kesadaran),
ü Exposure (diperiksa dari ubun-ubun sampai jari kaki sebagai bagian dari
mencari cedera),
ü Dilatasi lambung (Dekompresi lambung dilakukan dengan memasukan
selang/pipa kedalam perut melalui hidung atau mult dam memasangnya pada
penyedot untuk mengeluarkan isi lambung),
ü Pemasangan keteter urin (memudahkan penilaian urin akan adanya hematuria
dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urin)
· Penggantian volume vaskuler :cairan kristaloid,
diikuti penggantian darah
· Profilaksis dengan
antibiotic
Berikan oksitosin 10IU
IM dilanjutkan 20 IU/ 1000 ml Rl/ NaCl 0.9%
Pastikan plasenta
lengkap, eksplorasi jalan lahir
Pantau keseimbangan cairan
Cari penyebab perdarahan
Penatalaksanaan
atonia uteri:
· Suntikan Oksitosin:
Periksa fundus uteri
untuk memastikan kehamilan tunggal.
Suntikan Oksitosin 10 IU
IM.
· Peregangan Tali Pusat Terkendali
Klem tali pusat 5-10 cm
dari vulva / gulung tali pusat
Saat uterus kontraksi,
tegangkan tali pusat sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke
arah dorso-kranial
· Mengeluarkan plasenta
· Masase Uterus
Penatalaksanaan robekan perineum:
Tergantung dari derajat robekan
perineum
Otot dijahit dengan
catgut, selaput lendir vagina dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur.
Jahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan, kulit perineum dijahit
dengan benang catgut secara jelujur
Dianjurkan apabila
memungkinkan untuk melakukan rujukan dengan rencana tindakan perbaikan di rumah
sakit kabupaten/kota.
Penatalaksanaan robekan dinding vagina:
Robekan dinding vagina
harus dijahit.
Kasus kolporeksis dan
fistula visikovaginal harus dirujuk ke rumah sakit.
Penatalaksanaan retensio
plasenta:
Dengan narkosis
Pasang infus NaCl 0,9%
Tangan kanan dimasukkan secara obstetrik kedalam vagina.
Tangan kiri menahan fundus untuk mencegah kolporeksis.
Tangan kanan menuju ke
ostium uteri dan terus ke lokasi plasenta.
Tangan ke pinggir
plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas
Dengan sisi ulner,
plasenta dilepaskan
Penatalaksaan sisa
plasenta:
Pengeluaran sisa
plasenta dilakukan dengan kuretase.
Dalam memungkinkan, sisa
plasenta dapat dikeluarkan secara manual.
Kuretase harus dilakukan
di rumah sakit.
Setelah tindakan
pengeluaran, dilanjutkan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per
oral.
Antibiotika dalam dosis
pencegahan sebaiknya diberikan.
Prognosis
Dubia ad bonam
Komplikasi
- Shock hivolemik/
hemorhagic
- Kematian
- Infeksi puerperal
karena daya tahan penderita berkurang.
4,5
Di negara kurang
berkembang, pendarahan postpartum merupakan penyebabutama darikematian maternal
hal ini disebabkan kurangnya tenaga kesehatanyangmemadai, kurangnya layanan
transfusi, kurangnya layanan operasi.Perdarahan pada saat persalinan dan
Postpartum dini merupakan salah satupenyebab kematian ibu, demikian juga di
Indonesia perdarahan merupakan penyebab
utama kematianibu
disamping eklamsi dan sepsis.
Angka Kematian Ibu
(AKI)menurut SurveiDemografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2002-2003sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini masih jauh dengan
target yangingin dicapai secara nasional di tahun 2010 yaitu 125 per 100.000
kelahiran hidup.6Di Indonesia AKI masih tinggi, jika dibandingkan dengan negara lain
yakniMalaysia, Singapura, Thailand dan Filipina maka Indonesia menempati
urutanpertama karenaAKI mencapai angka 307 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan dinegara-negara maju kematian ibu berkisar antara 5 ± 10 per 100.000
kelahiran hidup.Salah satu penyebab utama kematian ibu antara lain karena
perdarahan yaitumencapai 30 % - 35 %.
Perdarahan Pasca Persalinan (HPP)
SSS
Ciri
khas kasus
Perdarahan yang banyak
pasca persalinan lewat jalan lahir
Keadaan syok (hipotensi,
takikardi, akral dingin, unconcioussness)
Definisi
Perdarahan
pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir
yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III.
Epidemiologi
Perdarahan
pascapersalinan yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang
melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi daripada pada usia
20-29 tahun.
Klasifikasi
1. Perdarahan pasca
persalinan primer
Perdarahan
pascapersalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama.
Penyebab utama PPP
primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan
lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan pasca
persalinan sekunder
Perdarahan pasca
persalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama.
Penyebab utama PPP
sekunder adalah robekan jalan lahir, sisa plasenta atau membran.
Faktor
resiko
1. Perdarahan pascapersalinan dan usia ibu
Wanita yang melahirkan
anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor
risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian
maternal.
Pada usia dibawah 20
tahun à fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna àjalan lahir mudah robek, kontraksi uterus masih kurang baik à rentan terjadi perdarahan
Pada usia diatas 35
tahun à fungsi reproduksi seorang wanita mengalami penurunan à kemungkinan komplikasi pascapersalinan terutama perdarahan lebih
besar.
2. Perdarahan pascapersalinan dan gravida
Ibu-ibu dengan kehamilan
multigravida mempunyai risiko > dibandingkan primigravida
Multigravida à fungsi reproduksi mengalami penurunan sehingga kemungkinan
terjadinya perdarahan pascapersalinan menjadi lebih besar.
3. Perdarahan pascapersalinan dan paritas
Paritas 2-3 merupakan
paritas paling aman ditinjau dari perdarahan pascapersalinan yang dapat
mengakibatkan kematian maternal.
Paritas satu dan paritas
tinggi (lebih dari tiga) mempunyai kejadian perdarahan lebih tinggi.
Pada paritas yang rendah
(paritas satu) à ketidaksiapan ibu dalam
menghadapi persalinan yang pertama àfaktor penyebab
ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi selama
kehamilan, persalinan dan nifas.
4. Perdarahan pascapersalinan dan Antenatal Care
Dengan adanya antenatal
care tanda-tanda dini perdarahan yang berlebihan dapat dideteksi dan
ditanggulangi dengan cepat.
5. Perdarahan pascapersalinan dan kadar hemoglobin
Anemia adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai hemoglobin dibawah nilai normal.
Perdarahan pascapersalinan mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 500 ml atau
lebih, jika hal ini terus dibiarkan tanpa adanya penanganan yang tepat dan
akurat à mengakibatkan turunnya kadar hemoglobin dibawah nilai normal.
Etiologi
dan patofisiologi
Pada atonia uteri,
uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan.
Predisposisi atonia
uteri à penurunan kontraksi dari otot uterus à perdarahan setelah janin
dan plasenta lahir tidak tertutup dengan baik à kehilangan banyak darah à manifestasi klinis (syok)
2. Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir
merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pascapersalinan.
Robekan dapat terjadi
bersamaan dengan atonia uteri.
Perdarahan
pascapersalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh
robekan serviks atau vagina.
a. Robekan serviks
Persalinan selalu
mengakibatkan robekan serviks à serviks seorang
multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam.
Robekan serviks yang
luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus.
b. Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang
tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai.
Mungkin ditemukan
setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi
dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar.
Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina.
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina.
Pada persalinan yang
disproporsi sefalopelvik à regangan segmen bawah
uterus dengan serviks uteri tidak terjepit antara kepala janin dengan tulang
panggul à tarikan ke atas langsung
ditampung oleh vagina àtarikan melampaui
kekuatan jaringan à robekan vagina pada
batas bagian teratas dengan bagian yang lebih bawah
Fistula
Fistula akibat pembedahan vaginal jarang ditemui karena tindakan vaginal yang sulit untuk melahirkan anak banyak diganti dengan seksio sesarea.
Fistula akibat pembedahan vaginal jarang ditemui karena tindakan vaginal yang sulit untuk melahirkan anak banyak diganti dengan seksio sesarea.
Fistula dapat terjadi
mendadak karena perlukaan pada vagina yang menembus kandung kemih atau rectum.
Fistula dapat berupa fistula vesikovaginalis atau rektovaginalis.
c. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi hampir pada semua persalinan pertama.
Robekan perineum umumnya
terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir
terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin
melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito bregmatika
3. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah
belum lahirnya plasenta ½ jam setelah anak lahir.
Tidak semua
retensio plasenta menyebabkan terjadinya perdarahan.
Apabila terjadi
perdarahan, maka plasenta dilepaskan secara manual lebih dulu.
4. Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta)
Sewaktu suatu bagian
dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal à uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif à menimbulkan perdarahan.
Tetapi mungkin saja pada
beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta.
5. Inversio uterus
Uterus dikatakan
mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta.
Reposisi sebaiknya segera dilakukan.
Manifestasi
klinis:
Ansietas: syok à kehilangan banyak vol. darah à kompensasi à s.s.simpatis à p. neurologis à
anxietas (cemas)
kelemahan: syok à kehilangan banyak vol. darah à suplai darah ke jaringan
< à pembentukan ATP <
à kurang energy à lemah
kepucatan: syok à kehilangan banyak vol. darah à mempertahankan perfusi
ke organ vital à
suplai darah kepermukaan kulit < à tampak pucat
kehausan yang hebat:
syok à kehilangan banyak vol. darah à baroreseptor p. darah à
stimulasi rasa haus
hipotensi: syok à kehilangan banyak vol. darah à venous return < à stroke volume < à
tekanan darah < (hipotensi)
takikardi: syok à kehilangan banyak vol. darah à kurang perfusi ke
jaringan à baroreseptor
kompensasi à s. saraf simpatis à peningkatan denyut nadi (takikardi)
frekuensi pernafasan
cepat: syok à kehilangan banyak vol.
darah à kurang suplai oksigen à
kompensasi à s.s. simpatis à peningkatan f. napas (takipnea)
kulit biasanya dingin:
syok à kehilangan banyak vol. darah à vasokontriksi perifer
aliran darah ke kulit < à panas berkurang (dingin)
sianotik: syok à kehilangan banyak vol. darah à 02 <, CO2 > à sianotik
Penegakan
diagnosis:
Step
diagnosis perdarahan pascapersalinan:
Anamnesis:
identitas,
faktor resiko, riwayat persalinan
Pemeriksaan
fisik:
p. fisik umum: IMT, ABC, vital sign
p. fisik umum: IMT, ABC, vital sign
p.
fisik khusus: kelopak mata, akral dingin, pucat, pembesaran kelenjar limfe
p.
obstetric/ ginekologi luar& dalam:
(1)
Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
(2) Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.
(3) Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari:
- Sisa plasenta atau selaput ketuban
- Robekan rahim
- Plasenta suksenturiata
(2) Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.
(3) Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari:
- Sisa plasenta atau selaput ketuban
- Robekan rahim
- Plasenta suksenturiata
(4) Inspekulo: untuk
melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah
Pemeriksaan
laboratorium:
CBC, kimia darah, fungsi
hati, fungsi ginjal, urinalisis
Seorang wanita hamil
yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami
gejala-gejala klinik. Gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika
perdarahan berlangsung terus, dapat timbul syok.
Diagnosis
banding
Diagnosis banding dari
HPP lebih cendrung ditujukan untuk mencari etiologinya yakni sebagai berikut:
1. Atonia uteri à Penyebab tersering perdarahan postpartum (2/3 dari semua
perdarahan postpartum)
Symptoms and signs yang
selalu ada:
a. Uterus tidak
berkontraksi dan lembek
b. Perdarahan segera
setelah anak lahir (perdarahan pascapersalinan primer)
Symptoms and signs yang
terkadang ada:
- Syok (tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual).
2. Robekan jalan lahir
Symptoms and signs yang
selalu ada:
a. Perdarahan segera
b. Darah segar yang
mengalir segera setelah bayi lahir
c. Uterus kontraksi baik
d. Plasenta baik
Symptoms and signs yang
terkadang ada:
- Syok (tekanan darah
rendah,denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual).
3. Retensio plasenta
Symptoms and signs yang
selalu ada:
a. Plasenta belum lahir
setelah 30 menit
b. Perdarahan segera
c. Uterus kontraksi baik
Symptoms and signs yang
terkadang ada:
a. Tali pusat putus
akibat traksi berlebihan
b. Inversio uteri akibat
tarikan
c. Perdarahan lanjutan
4. Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta)
Symptoms and signs yang
selalu ada:
a. Plasenta atau
sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap
b. Perdarahan segera
Symptoms and signs yang terkadang ada:
- Uterus berkontraksi
tetapi tinggi fundus tidak berkurang
5. Inversio uterus
Symptoms and signs yang
selalu ada:
a. Uterus tidak teraba
b. Lumen vagina terisi
massa
c. Tampak tali pusat
(jika plasenta belum lahir)
d. Perdarahan segera
e. Nyeri sedikit atau
berat
Symptoms and signs yang
terkadang ada:
a. Syok neurogenik
b. Pucat dan linglung
Diagnosis
kerja
Perdarahan Pasca
Persalinan/ Post Partum Hemmorhagic (HPP)
Penatalaksanaan
Prinsip dasar:
menghentikan perdarahan secepat mungkin dan mengatasi akibat perdarahan.
Penanganan umum:
· Atasi syok:
ü Prinsip Airway dan Breathing ( Prioritas utama dengan menjamin cukupnya pertukaran ventilasi
dan oksigensi diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan oksigen lebih
dari 95%)
ü Circulation (berikan 1-2 liter NaCl 0,9 % atau RL dalam 30-60 menit)
ü Disability (penilaian neurologi singkat untuk
menentukan tingkat kesadaran),
ü Exposure (diperiksa dari ubun-ubun sampai jari kaki sebagai bagian dari
mencari cedera),
ü Dilatasi lambung (Dekompresi lambung dilakukan dengan memasukan
selang/pipa kedalam perut melalui hidung atau mult dam memasangnya pada
penyedot untuk mengeluarkan isi lambung),
ü Pemasangan keteter urin (memudahkan penilaian urin akan adanya hematuria
dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urin)
· Penggantian volume vaskuler :cairan kristaloid,
diikuti penggantian darah
· Profilaksis dengan
antibiotic
Berikan oksitosin 10IU
IM dilanjutkan 20 IU/ 1000 ml Rl/ NaCl 0.9%
Pastikan plasenta
lengkap, eksplorasi jalan lahir
Pantau keseimbangan cairan
Cari penyebab perdarahan
Penatalaksanaan
atonia uteri:
· Suntikan Oksitosin:
Periksa fundus uteri
untuk memastikan kehamilan tunggal.
Suntikan Oksitosin 10 IU
IM.
· Peregangan Tali Pusat Terkendali
Klem tali pusat 5-10 cm
dari vulva / gulung tali pusat
Saat uterus kontraksi,
tegangkan tali pusat sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke
arah dorso-kranial
· Mengeluarkan plasenta
· Masase Uterus
Penatalaksanaan robekan perineum:
Tergantung dari derajat robekan
perineum
Otot dijahit dengan
catgut, selaput lendir vagina dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur.
Jahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan, kulit perineum dijahit
dengan benang catgut secara jelujur
Dianjurkan apabila
memungkinkan untuk melakukan rujukan dengan rencana tindakan perbaikan di rumah
sakit kabupaten/kota.
Penatalaksanaan robekan dinding vagina:
Robekan dinding vagina
harus dijahit.
Kasus kolporeksis dan
fistula visikovaginal harus dirujuk ke rumah sakit.
Penatalaksanaan retensio
plasenta:
Dengan narkosis
Pasang infus NaCl 0,9%
Tangan kanan dimasukkan secara obstetrik kedalam vagina.
Tangan kiri menahan fundus untuk mencegah kolporeksis.
Tangan kanan menuju ke
ostium uteri dan terus ke lokasi plasenta.
Tangan ke pinggir
plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas
Dengan sisi ulner,
plasenta dilepaskan
Penatalaksaan sisa
plasenta:
Pengeluaran sisa
plasenta dilakukan dengan kuretase.
Dalam memungkinkan, sisa
plasenta dapat dikeluarkan secara manual.
Kuretase harus dilakukan
di rumah sakit.
Setelah tindakan
pengeluaran, dilanjutkan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per
oral.
Antibiotika dalam dosis
pencegahan sebaiknya diberikan.
Prognosis
Dubia ad bonam
Komplikasi
- Shock hivolemik/
hemorhagic
- Kematian
- Infeksi puerperal
karena daya tahan penderita berkurang.
No comments:
Post a Comment