retty

Wednesday, November 13, 2013

Kecintaan terhadap teori kebidanan

Pada dasarnya dulu saya anak SMA yang tidak tau apa apa mengenai kebidanan . untuk mata pelajaran biologi pun saya malas malasan tapi tentunya masih masuk di kelas favorit lo.. Hehehehe tanda kutip ( Bukan anak malas ) :p

di bangku SMA saya memang lumayan tertarik dengan biologi apalagi orangtua saya kedua duanya sarjana biologi tapi mungkin saya tertarik hanya di beberapa teori , seperti halnya saya hanya mengerti pada bagian tubuh manusia. dari situ saya masuk jurusan IPA . nah setelah lulus dari SMA (SMA Negeri 7 Malang ) saya berfikir untuk masuk jurusan kedokteran . tapi jalan itu memang bukan untuk saya , saya meminta pada Allah swt sang Maha Daya berikanlah hambamu ini yang terbaik .

Akhirnya sayapun menurunkan tujuan saya, SAYA MASUK KEBIDANAN . Pada awalnya untuk pelajaran saya suka dengan kebidanan, menurut saya ilmu ini ilmu yang sangat menarik untuk di pahami tetapii hehehehe kalo di pikir pikir resiko nya gede .. ya beginilah setiap pekerjaan kan pasti akan selalu ada resikonya . saya bersihkan lagi pikiran ini kalau kita lebih mengerti dengan standart dan teori yang ada resiko itu pasti bisa kita tepis .

Semenjak dari situ saya lebih giat membaca Teori mengenai kebidanan dan mulai menyukainya . namun saya akui ilmu saya masih sangat kurang .

Semangat yya buat kalian para BIDAN dan terutama untuk Calon bidan selanjutnya . SEMANGATT

Monday, November 4, 2013

Indah Itu ada Waktunya. Tetap Semangat . Tujuan sudah dekat dengan mata kita. :^)

SitiRumlah,Retty Rahmadhani, Reni Astuti, Ratih Anggraini

Alies,AZizah,Avinda,Retty,Ratih,Rabitha

Cahya Carina, Aldila Mieta, Orchid Dwi, Retty Rahmadhani, Selly Endah

Badriah,Rabita,Alies,Azizah, Ratih,Avinda , Retty Rahmadhani Halimah

Friday, July 19, 2013

Siklus Menstruasi


Diposkan oleh intanriani.
Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula setiap 21 hari dan 30 hari) yaitu sebagai berikut : Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel de Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus.
Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan kuning (Corpus Luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam terhenti, endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses oogenesis kembali.


Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)

Daur Menstruasi

Masa Subur
Masa subur adalah masa dimana akan terjadi kehamilan pada saat fertilisasi. Pada masa itulah, sel telur yang dihasilkan berada dalam keadaan siap untuk dibuahi.


Sunday, May 19, 2013

Eklampsia dan preeklampsia


PRE EKLAMPSIA & EKLAMPSIA

Posted on  by kuliahbidan

PRE EKLAMPSIA & EKLAMPSIA

Oleh : dr. Ong Tjandra & dr. John Rambulangi, Sp.OG.

A. Pre Eklampsia Ringan

_______________________


Pengertian (1,2,3)

__________


Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.

Patofisiologi (4)

_____________


Penyebab pre eklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.

Gejala Klinis (4)

_____________


Gejala klinis pre eklampsia ringan meliputi :

1. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau lebih

dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau

sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai kurang

110 mmHg.

2. Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara

kualitatif positif 2 (+2).

3. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.


Pemeriksaan dan Diagnosis (4)

_________________________


1. Kehamilan lebih 20 minggu.

2. Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali

selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2

kali setelah istirahat 10 menit).

3. Edema tekan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau

tungkai.

4. Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++).


Penatalaksanaan (2)

_______________


Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklampsia ringan :

- Banyak istirahat (berbaring tidur / mirring).

- Diet : cukup protein, rendah karbohidraat, lemak dan garam.

- Sedativa ringan : tablet phenobarbital  3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per oral

selama 7 hari.

- Roborantia

- Kunjungan ulang setiap 1 minggu.

- Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin,  hematokrit, trombosit, urine lengkap,

asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.(1)


Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklampsia ringan berdasarkan kriteria :(1)

1. Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan

dari gejala-gejala pre eklampsia.

2. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut

(2 minggu).

3. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat

- Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre

eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat.

- Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu

dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari

lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat

jalan.


Perawatan obstetri pasien pre eklampsia ringan :

1. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)

a. Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan

ditunggu sampai aterm.

b. Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama

perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37

minggu atau lebih.

2. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)

- Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan

untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.

3. Cara persalinan

- Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek kala II.


B. Pre Eklampsia Berat

______________________


Pengertian (4)

__________


Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

Penatalaksanaan (1)

_______________


Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :

1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah

pengobatan medisinal.

2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah

pengobatan medisinal.


Perawatan Aktif

—————-


Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG).(3,4,5)

1. Indikasi (salah satu atau lebih)

a. Ibu

- Usia kehamilan 37 minggu atau lebih

- Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi

konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan

desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala

status quo (tidak ada perbaikan).

b. Janin

- Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)

- Adanya tanda IUGR

c. Laboratorium

- Adanya “HELLP syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,

trombositopenia).


Pengobatan Medisinal

____________________


Pengobatan medisinal pasien pre eklampsia berat yaitu :

1. Segera masuk rumah sakit

2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks

patella setiap jam.(3)

3. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125

cc/jam) 500 cc.

4. Antasida

5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat

7. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah

jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/im.

(4)

8. Antihipertensi diberikan bila :

a. Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg atau MAP

lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105

mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.

(8,9)

b. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.

c. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-

obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang

biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan

dengan tekanan darah.

d. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet

antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.

Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai

diberikan secara oral. (Syakib Bakri, 1997)

9. Kardiotonika

Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi

cepat dengan cedilanid D.

10. Lain-lain :

- Konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.

- Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5 derajat celcius dapat

dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc

IM.

- Antibiotik diberikan atas indikasi.(4) Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam/IV/hari.

- Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat

diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam

sebelum janin lahir.


Pemberian Magnesium Sulfat

—————————


Cara pemberian magnesium sulfat :

1. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 % dalam 20 cc) selama 1 gr/menit

kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gr

di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40 % dalam 10 cc) dengan jarum no

21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2%

yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.(6)

2. Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam pemberian

dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian

MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.(3)

3. Syarat-syarat pemberian MgSO4 :( 4,7)

- Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram (10% dalam 10

cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.

- Refleks patella positif kuat

- Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.

- Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam).

4. MgSO4 dihentikan bila :( 7)

a. Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks fisiologis

menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya

dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot pernapasan

karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter.

Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq

terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi

kematian jantung.(3,7)

b. Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat :( 7)

- Hentikan pemberian magnesium sulfat

- Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV dalam

waktu 3 menit.

- Berikan oksigen.

- Lakukan pernapasan buatan.

c. Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah

terjadi perbaikan (normotensif).


Pengobatan Obstetrik

_____________________


Cara Terminasi Kehamilan yang Belum Inpartu

———————————————

1. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih dan

dengan fetal heart monitoring.(4)

2. Seksio sesaria bila :

- Fetal assesment jelek

- Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari 5) atau adanya

kontraindikasi tetesan oksitosin.

- 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif. Pada

primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.

(1,2)


Cara Terminasi Kehamilan yang Sudah Inpartu (1,2)

———————————————


Kala I

——-

1. Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.

2. Fase aktif :

- Amniotomi saja

- Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka

dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin).


Kala II

——–


Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.

Perawatan Konservatif (1,2)

_____________________


1. Indikasi : Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda

inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.

2. Pengobatan medisinal : Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan

aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup

intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong

kanan.

3. Pengobatan obstetri :

a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti

perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.

b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklampsia

ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.

c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal

gagal dan harus diterminasi.

d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu

MgSO4 20% 2 gram intravenous.

4. Penderita dipulangkan bila :

a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklampsia ringan dan

telah dirawat selama 3 hari.

b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan :

penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklampsia ringan

(diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).


C. Eklampsia

____________


Pengertian (1,2)

__________


Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.

Patofisiologi (4)

_____________


Sama dengan pre eklampsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut.

Gejala Klinis (4)

_____________


- Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinnan atau masa nifas

- Tanda-tanda pre eklampsia (hipertensi,  edema dan proteinuria)

- Kejang-kejang dan/atau koma

- Kadang-kadang disertai gangguan fungsi  organ.


Pemeriksaan dan diagnosis (4)

1. Berdasarkan gejala klinis di atas

2. Pemeriksaan laboratorium

- Adanya protein dalam urin

- Fungsi organ hepar, ginjal, dan jantung

- Fungsi hematologi / hemostasis.


Penatalaksanaan (1,2)

_______________


Tujuan pengobatan :

1. Untuk menghentikan dan mencegah kejang.

2. Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis

3. Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin

4. Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin.


Pengobatan Medisinal

____________________


Sama seperti pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2 gram intravenous selama 2 menit minimal 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan 1 kali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital / thiopental 3-5 mg/kgBB/IV perlahan-lahan.

Perawatan bersama : konsul bagian saraf, penyakit dalam / jantung, mata, anestesi dan anak.

Perawatan pada serangan kejang : di kamar isolasi yang cukup terang / ICU

Pengobatan Obstetrik (1,2)

____________________


1. Sikap dasar : Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan tanpa

memandang umur kehamilan dan keadaan janin.

2. Bilamana diakhiri, sikap dasar : Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi

(pemulihan) hemodinamik dan metabolisme ibu. Stabilisasi ibu dicapai dalam 4-

8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan dibawah :

- Setelah pemberian obat anti kejang terakhir.

- Setelah kejang terakhir

- Setelah pemberian obat-obat antihipertensi terakhir

- Penderita mulai sadar (responsif dan orientasi)


Terminasi Kehamilan (4)

___________________


1. Apabila pada pemeriksaan, syarat-syarat untuk mengakhiri persalinan per

vaginam dipenuhi maka persalinan tindakan dengan trauma yang minimal.

2. Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif, langsung dilakukan amniotomi

lalu diikuti partograf. Bila ada kemacetan dilakukan seksio sesar.

3. Tindakan seksio sesar dilakukan pada keadaan :

- Penderita belum inpartu

- Fase laten

- Gawat janin

Tindakan seksio sesar dikerjakan dengan mempertimbangkan keadaan atau

kondisi ibu.


Daftar Pustaka

______________


1. Salgas Gestosis POGI. Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di

Indonesia. Ed. 1985.

2. POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bag. 1. Cet. ke-2.

Jakarta : Gaya baru. 1994. 1-8.

3. Fields DH. Gestationally Induced Hypertention. In : Barber HRK, Fields DH,

Kaufman SA, eds. Quick Deference to Obgyn Procedure. Philadelphia : AB

Lippincoti Company. 1990 : 166-173.

4. Abadi A, Sukaputra B. Waspodo D, Djuarsa E, Gumilar E, Uktolsea F, dkk.

Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dr. Soetomo, 1994. Laboratorium / UPF

Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga, Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo Surabaya.

5. Handaya. Penanganan Pre Eklampsia Berat / Eklampsia. Dibacakan pada seminar

dan lokakarya Penanganan Pre Eklampsia dan Eklampsia Berat. Bagian Obstetri

dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. Januari 1993.

6. Bhalla AK, Dhall 61, Dhall K. A Safer and More Effective Treatment Regimen for

Eclampsia. Aust NZ J Obstet Gynecol 1994 : 34; z : 144-148.

7. Sombolinggi A. Pengobatan Pre Eklampsia Berat / Eklampsia dengan Magnesium

Sulfat dan Diazepam pada Beberapa Rumah Sakit Bersalin di Ujung Pandang.

Skripsi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin Ujung Pandang. 1992.

8. Bakri S. Hipertensi pada Wanita Hamil. Dibacakan pada Simposium Penanganan

Pre Eklampsia dan Eklampsia, Ujung Pandang, Desember 1996.

9. Gant NF, Cunningham FG. Basic Gynecology and Obstetrics. Connecticut Appleton

and Lange, 1993. 426-431.


Update : 22 Januari 2006

Sumber :

http://www.geocities.com/klinikobgin/kelainan-kehamilan/preeklampsia-eklampsia.htm

Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.